Bagi pecinta film klasik tentu pernah melihat film tentang Jendral George S. Patton yang dibintangi oleh aktor George C. Scott. Film tersebut merebut banyak penghargaan, termasuk beberapa penghargaan Oscar untuk beberapa kategori sekaligus tahun 1973 dan selama bertahun-tahun memegang rekor peraih penghargaan Oscar terbanyak.
Yah, tidak berlebihan jika dikatakan Jendral Patton adalah jendral terbaik sepanjang abad 19. Ialah jendral sekutu paling cemerlang yang berhasil mengobrak-abrik pasukan Jerman dari Afrika Utara, Italia, Belgia, Perancis hingga ke jantung pertahanan pasukan Jerman di negerinya sendiri. Namanya harum tertulis di buku-buku sejarah. Namun sedikit yang tahu akhir hidupnya yang tragis: meninggal dunia akibat kecelakaan. Dan jauh lebih lagi yang tahu bahwa kematiannya merupakan hasil sebuah konspirasi jahat untuk mencegah terkuaknya kekejian pasukan sekutu di Jerman.
Salah satu episode perang yang paling brutal selama Perang Dunia II adalah pemboman kota Dresden oleh sekutu pada masa-masa akhir perang. Kota Dresden dipenuh sesaki oleh para pengungsi Jerman yang melarikan diri dari kekejian pasukan komunis Sovyet. Namun tanpa pandang bulu sekutu membombardir habis kota ini. Ini tentu berbeda jauh dengan apa yang dilakukan pasukan Jerman terhadap Inggris. Pada saat ratusan ribu pasukan ekspedisi Inggris terjebak dan terkepung tanpa daya di kota pantai Dunkirk, Perancis, Jerman membiarkan mereka melarikan diri kembali ke Inggris.
Para ahli berbeda pendapat tentang jumlah korban tewas akibat aksi ini. Sebagian sejarahwan mempercayai angka 25.000 hingga 35.000. Novelis yahudi Kurt Vonnegut yang merupakan korban selamat mempercayai korban tewas mencapai 100.000 jiwa. Namun angka 500.000 atau 600.000 korban tewas cukup fair untuk sebuah aksi pemboman brutal terhadap kota yang dipenuhi oleh jutaan pengungsi tersebut.
Angka tersebut belum termasuk korban pemboman atas kota-kota Jerman lainnya, atau sekitar 500.000 warga Jerman yang ditawan Sovyet dan dikirim ke kamp-kamp kerja paksa (Gulag) di Siberia dan tidak pernah kembali. Angka tersebut juga belum termasuk sekitar 5 juta warga sipil Jerman yang mati kelaparan akibat perang dan 1 juta tentara Jerman yang dibiarkan mati di kamp-kamp tawanan perang yang terbuka tanpa atap.
Semua kekejian tersebut dikomandoi oleh Presiden FD Rossevelt dan seorang menteri berdarah yahudi yang diberi wewenang mengurusi urusan perang, Morgenthau dengan "kebijakan"-nya yang terkenal, Morgenthau Plan.
Kekejian yang luar biasa ini mencapai tingkat dimana bahkan beberapa orang Amerika sendiri muak terhadapnya dan berusaha menghentikannya. Di antara mereka yang menentang adalah Kolonel Lindbergh, putra pionir penerbangan Charles Lindberg yang terkenal. Dalam sebuah testimoni Kolonel Lindberg menulis bagaimana tentara Amerika diperintahkan untuk membakar sisa makanan untuk membuat orang-orang Jerman yang biasa mengais sisa-sisa makanan mereka, tetap kelaparan. Perintah ini sangat keras dengan hukuman penjara bagi mereka yang melanggar.
Kolonel Lindberg juga menulis: "Di negeri kita (Amerika) media massa menulis tentang bagaimana kita "membebaskan" rakyat Jerman. Di sini (Jerman), tentara kita menggunakan kata "membebaskan" dalam bentuk penjarahan. Semua yang mereka dapatkan dari rumah-rumah orang Jerman, semua yang mereka rampas dari orang-orang Jerman adalah "membebaskan". Kamera, makanan, barang-barang seni, pakaian, semuanya "dibebaskan". Seorang tentara yang memperkosa wanita Jerman juga dikatakan telah "membebaskan"-nya."
Figur lainnya yang menentang "kebijakan" Amerika di Jerman adalah Jendral Patton. Ia segera terlibat "perkelahian" dengan jendral salon yang menjadi komandan tertinggi pasukan sekutu, Eisenhower. Akibat perselisihan tersebut maka Jendral Patton diturunkan jabatannya dari panglima Tentara ke-III Amerika, menjadi komandan satuan pasukan yang lebih kecil. Tidak hanya itu, "penguasa belakang layar" juga memerintahkan pembunuhan terhadapnya setelah ia mengancam akan membuka kebusukan sekutu di Jerman kepada rakyat Amerika begitu kembali ke tanah air. Sebaliknya bagi Eisenhower, ia kemudian diberi hadiah menjadi presiden Amerika.
Pada tgl 13 Oktober 1945 Patton mengalami kecelakaan lalu-lintas setelah mobilnya ditabrak oleh sebuah truk militer. Ia segera dibawa ke rumah sakit akibat luka-luka yang dialaminya. Luka-lukanya cukup parah, namun tidak mengancam nyawanya. Namun beberapa hari kemudian, setelah dirawat di ruang isolasi, ia dinyatakan meninggal akibat serangan jantung (motif klise dalam kasus pembunuhan konspirasi).
Kematian Patton sangat mengejutkan orang-orang dekatnya. Pasalnya ia sempat mengatakan akan segera kembali ke Amerika untuk membuka kebusukan pasukan Amerika di Jerman ke publik. Namun ia harus berhadapan dengan kekuatan rahasia yang sangat besar dan ia tidak memiliki cukup waktu.
Para pemimpin sekutu dalam pertemuan di Yalta telah bersepakat membiarkan pasukan Sovyet memasuki Berlin terlebih dahulu. Namun Patton yang tidak ingin vandalisme pasukan Sovyet terjadi di Berlin berusaha memasuki Berlin terlebih dahulu sehingga Jendral Eisenhower harus berusaha sekuat tenaga menghambat gerakan pasukan Patton. Sebelumnya Patton juga dihambat memasuki Praha oleh Eisenhower sehingga kota ini jatuh ke tangan Sovyet dan memungkinkan Sovyet menguasai Eropa Timur paska perang.
Di atas itu semua Patton menuduh Eisenhower mencegahnya untuk menguasai wilayah yang disebut Falaise Gap pada musim semi 1944, sehingga ratusan ribu pasukan Jerman dapat menyelamatkan diri untuk bertempur kembali dalam satu episode perang yang terkenal, "Battle of Bulge" yang menelan ribuan nyawa pasukan Amerika.
Permusuhan yang dilakukan Eisenhower dan "penguasa belakang layar" terhadap Jendral Patton membuatnya merasa khawatir dengan keselamatan jiwanya. Ia khawatir karena reputasinya yang besar dapat menggagalkan rencana besar para "penguasa belakang layar" sehingga mereka akan berusaha sekuat mungkin menghabisi nyawanya.
Sebelum kematian misteriusnya, Patton telah beberapa kali mengalami "kecelakaan". Pertama adalah penembakan pesawatnya oleh pesawat tempur Inggris yang dipiloti oleh orang Polandia tgl 21 April 1945. Ia selamat meski pesawatnya terpaksa melakukan pendaratan darurat. Kemudian pada tgl 3 Mei 1945 jeep-nya ditabrak oleh pedati yang membuatnya menderita luka-luka.
Selama bertahun-tahun kematian Patton menimbulkan spekulasi tentang kejahatan konspirasi. Namun spekulasi tersebut terpecahkan dan berubah menjadi sebuah fakta setelah adanya pengakuan seorang "eksekutor" yang mengaku menjadi salah seorang pelaku pembunuhan atas diri Jendral Patton.
Sang eksekutor, lagi-lagi seorang yahudi, bernama Douglas Bazata, anggota OSS (Office of Strategic Services) atau dinas inteligen militer yang kemudian berubah menjadi CIA. Pada tgl 25 September 1979 di Hotel Hilton Washington, Bazata yang seorang yahudi kelahiran Lebanon membuat pengkuan mengejutkan di hadapan 450 undangan para mantan petinggi OSS.
"Karena alasan-alasan politik, beberapa pejabat tinggi membenci Patton. Saya tahu siapa yang telah membunuhnya, karena saya adalah salah satu orang yang dibayar untuk melakukan pembunuhan itu. Sembilan ribu dollar. Jendral William Donovan sendiri, direktur OSS, mempercayakan misi tersebut kepada saya. Saya menyiapkan skenario kecelakaan. Namun karena ia tidak tewas karena kecelakaan tersebut, ia ditempatkan di ruang isolasi rumah sakit dimana ia dibunuh dengan suntikan."
Kematian Patton berhasil membungkam para patriot yang sebelumnya berniat hendak melawan para "penguasa belakang layar". Semua pengakuan tersebut terdokumentasi dalam buku sejarah karya Robert Wilcox berjudul "Target Patton". Adapun Bazata sendiri meninggal tahun 1999.
Selama dan setelah perang, Bazata menjalani hidup yang luar biasa menarik. Ia adalah anggota Jedburghs, parukan para elit yang diterjunkan ke Perancis sebelum pendaratan amphibi besar-besaran pasukan sekutu di Perancis tahun 1944. Ia mendapatkan penghargaan berupa empat medali Purple Heart, sebuah medali Distinguished Service Cross dan tiga medali French Croix de Guerre dari pemerintah Perancis.
Setelah perang ia menjadi artis selebritis yang memiliki kedekatan dengan Ratu Grace dari Monaco dan Duke serta Duchess of Windsor dari Inggris. Ia berteman dengan pelukis besar Salvador Dali yang melukis dirinya dengan kostum Don Quixote. Ia mengakhiri kariernya sebagai penasihat Kastaf AL semasa Presiden AS Ronald Reagan, Laksamana John Lehman, anggota Komisi 9 September (komisi penyidik tragedi WTC th 2001 bentukan pemerintah), serta penasihat senator John McCain.
Charles Province, pimpinan George S. Patton Historical Society, kepada Wilcox mengatakan, "Ada banyak orang yang bergembira dengan kematian Patton. Ia (Patton) bermaksud akan membuka pintu kebenaran yang disembunyikan oleh mereka."
Yah, tidak berlebihan jika dikatakan Jendral Patton adalah jendral terbaik sepanjang abad 19. Ialah jendral sekutu paling cemerlang yang berhasil mengobrak-abrik pasukan Jerman dari Afrika Utara, Italia, Belgia, Perancis hingga ke jantung pertahanan pasukan Jerman di negerinya sendiri. Namanya harum tertulis di buku-buku sejarah. Namun sedikit yang tahu akhir hidupnya yang tragis: meninggal dunia akibat kecelakaan. Dan jauh lebih lagi yang tahu bahwa kematiannya merupakan hasil sebuah konspirasi jahat untuk mencegah terkuaknya kekejian pasukan sekutu di Jerman.
Salah satu episode perang yang paling brutal selama Perang Dunia II adalah pemboman kota Dresden oleh sekutu pada masa-masa akhir perang. Kota Dresden dipenuh sesaki oleh para pengungsi Jerman yang melarikan diri dari kekejian pasukan komunis Sovyet. Namun tanpa pandang bulu sekutu membombardir habis kota ini. Ini tentu berbeda jauh dengan apa yang dilakukan pasukan Jerman terhadap Inggris. Pada saat ratusan ribu pasukan ekspedisi Inggris terjebak dan terkepung tanpa daya di kota pantai Dunkirk, Perancis, Jerman membiarkan mereka melarikan diri kembali ke Inggris.
Para ahli berbeda pendapat tentang jumlah korban tewas akibat aksi ini. Sebagian sejarahwan mempercayai angka 25.000 hingga 35.000. Novelis yahudi Kurt Vonnegut yang merupakan korban selamat mempercayai korban tewas mencapai 100.000 jiwa. Namun angka 500.000 atau 600.000 korban tewas cukup fair untuk sebuah aksi pemboman brutal terhadap kota yang dipenuhi oleh jutaan pengungsi tersebut.
Angka tersebut belum termasuk korban pemboman atas kota-kota Jerman lainnya, atau sekitar 500.000 warga Jerman yang ditawan Sovyet dan dikirim ke kamp-kamp kerja paksa (Gulag) di Siberia dan tidak pernah kembali. Angka tersebut juga belum termasuk sekitar 5 juta warga sipil Jerman yang mati kelaparan akibat perang dan 1 juta tentara Jerman yang dibiarkan mati di kamp-kamp tawanan perang yang terbuka tanpa atap.
Semua kekejian tersebut dikomandoi oleh Presiden FD Rossevelt dan seorang menteri berdarah yahudi yang diberi wewenang mengurusi urusan perang, Morgenthau dengan "kebijakan"-nya yang terkenal, Morgenthau Plan.
Kekejian yang luar biasa ini mencapai tingkat dimana bahkan beberapa orang Amerika sendiri muak terhadapnya dan berusaha menghentikannya. Di antara mereka yang menentang adalah Kolonel Lindbergh, putra pionir penerbangan Charles Lindberg yang terkenal. Dalam sebuah testimoni Kolonel Lindberg menulis bagaimana tentara Amerika diperintahkan untuk membakar sisa makanan untuk membuat orang-orang Jerman yang biasa mengais sisa-sisa makanan mereka, tetap kelaparan. Perintah ini sangat keras dengan hukuman penjara bagi mereka yang melanggar.
Kolonel Lindberg juga menulis: "Di negeri kita (Amerika) media massa menulis tentang bagaimana kita "membebaskan" rakyat Jerman. Di sini (Jerman), tentara kita menggunakan kata "membebaskan" dalam bentuk penjarahan. Semua yang mereka dapatkan dari rumah-rumah orang Jerman, semua yang mereka rampas dari orang-orang Jerman adalah "membebaskan". Kamera, makanan, barang-barang seni, pakaian, semuanya "dibebaskan". Seorang tentara yang memperkosa wanita Jerman juga dikatakan telah "membebaskan"-nya."
Figur lainnya yang menentang "kebijakan" Amerika di Jerman adalah Jendral Patton. Ia segera terlibat "perkelahian" dengan jendral salon yang menjadi komandan tertinggi pasukan sekutu, Eisenhower. Akibat perselisihan tersebut maka Jendral Patton diturunkan jabatannya dari panglima Tentara ke-III Amerika, menjadi komandan satuan pasukan yang lebih kecil. Tidak hanya itu, "penguasa belakang layar" juga memerintahkan pembunuhan terhadapnya setelah ia mengancam akan membuka kebusukan sekutu di Jerman kepada rakyat Amerika begitu kembali ke tanah air. Sebaliknya bagi Eisenhower, ia kemudian diberi hadiah menjadi presiden Amerika.
Pada tgl 13 Oktober 1945 Patton mengalami kecelakaan lalu-lintas setelah mobilnya ditabrak oleh sebuah truk militer. Ia segera dibawa ke rumah sakit akibat luka-luka yang dialaminya. Luka-lukanya cukup parah, namun tidak mengancam nyawanya. Namun beberapa hari kemudian, setelah dirawat di ruang isolasi, ia dinyatakan meninggal akibat serangan jantung (motif klise dalam kasus pembunuhan konspirasi).
Kematian Patton sangat mengejutkan orang-orang dekatnya. Pasalnya ia sempat mengatakan akan segera kembali ke Amerika untuk membuka kebusukan pasukan Amerika di Jerman ke publik. Namun ia harus berhadapan dengan kekuatan rahasia yang sangat besar dan ia tidak memiliki cukup waktu.
Para pemimpin sekutu dalam pertemuan di Yalta telah bersepakat membiarkan pasukan Sovyet memasuki Berlin terlebih dahulu. Namun Patton yang tidak ingin vandalisme pasukan Sovyet terjadi di Berlin berusaha memasuki Berlin terlebih dahulu sehingga Jendral Eisenhower harus berusaha sekuat tenaga menghambat gerakan pasukan Patton. Sebelumnya Patton juga dihambat memasuki Praha oleh Eisenhower sehingga kota ini jatuh ke tangan Sovyet dan memungkinkan Sovyet menguasai Eropa Timur paska perang.
Di atas itu semua Patton menuduh Eisenhower mencegahnya untuk menguasai wilayah yang disebut Falaise Gap pada musim semi 1944, sehingga ratusan ribu pasukan Jerman dapat menyelamatkan diri untuk bertempur kembali dalam satu episode perang yang terkenal, "Battle of Bulge" yang menelan ribuan nyawa pasukan Amerika.
Permusuhan yang dilakukan Eisenhower dan "penguasa belakang layar" terhadap Jendral Patton membuatnya merasa khawatir dengan keselamatan jiwanya. Ia khawatir karena reputasinya yang besar dapat menggagalkan rencana besar para "penguasa belakang layar" sehingga mereka akan berusaha sekuat mungkin menghabisi nyawanya.
Sebelum kematian misteriusnya, Patton telah beberapa kali mengalami "kecelakaan". Pertama adalah penembakan pesawatnya oleh pesawat tempur Inggris yang dipiloti oleh orang Polandia tgl 21 April 1945. Ia selamat meski pesawatnya terpaksa melakukan pendaratan darurat. Kemudian pada tgl 3 Mei 1945 jeep-nya ditabrak oleh pedati yang membuatnya menderita luka-luka.
Selama bertahun-tahun kematian Patton menimbulkan spekulasi tentang kejahatan konspirasi. Namun spekulasi tersebut terpecahkan dan berubah menjadi sebuah fakta setelah adanya pengakuan seorang "eksekutor" yang mengaku menjadi salah seorang pelaku pembunuhan atas diri Jendral Patton.
Sang eksekutor, lagi-lagi seorang yahudi, bernama Douglas Bazata, anggota OSS (Office of Strategic Services) atau dinas inteligen militer yang kemudian berubah menjadi CIA. Pada tgl 25 September 1979 di Hotel Hilton Washington, Bazata yang seorang yahudi kelahiran Lebanon membuat pengkuan mengejutkan di hadapan 450 undangan para mantan petinggi OSS.
"Karena alasan-alasan politik, beberapa pejabat tinggi membenci Patton. Saya tahu siapa yang telah membunuhnya, karena saya adalah salah satu orang yang dibayar untuk melakukan pembunuhan itu. Sembilan ribu dollar. Jendral William Donovan sendiri, direktur OSS, mempercayakan misi tersebut kepada saya. Saya menyiapkan skenario kecelakaan. Namun karena ia tidak tewas karena kecelakaan tersebut, ia ditempatkan di ruang isolasi rumah sakit dimana ia dibunuh dengan suntikan."
Kematian Patton berhasil membungkam para patriot yang sebelumnya berniat hendak melawan para "penguasa belakang layar". Semua pengakuan tersebut terdokumentasi dalam buku sejarah karya Robert Wilcox berjudul "Target Patton". Adapun Bazata sendiri meninggal tahun 1999.
Selama dan setelah perang, Bazata menjalani hidup yang luar biasa menarik. Ia adalah anggota Jedburghs, parukan para elit yang diterjunkan ke Perancis sebelum pendaratan amphibi besar-besaran pasukan sekutu di Perancis tahun 1944. Ia mendapatkan penghargaan berupa empat medali Purple Heart, sebuah medali Distinguished Service Cross dan tiga medali French Croix de Guerre dari pemerintah Perancis.
Setelah perang ia menjadi artis selebritis yang memiliki kedekatan dengan Ratu Grace dari Monaco dan Duke serta Duchess of Windsor dari Inggris. Ia berteman dengan pelukis besar Salvador Dali yang melukis dirinya dengan kostum Don Quixote. Ia mengakhiri kariernya sebagai penasihat Kastaf AL semasa Presiden AS Ronald Reagan, Laksamana John Lehman, anggota Komisi 9 September (komisi penyidik tragedi WTC th 2001 bentukan pemerintah), serta penasihat senator John McCain.
Charles Province, pimpinan George S. Patton Historical Society, kepada Wilcox mengatakan, "Ada banyak orang yang bergembira dengan kematian Patton. Ia (Patton) bermaksud akan membuka pintu kebenaran yang disembunyikan oleh mereka."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar